A. KONDISI
POSITIF SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Analisis situasi sistem informasi kesehatan dilakukan dalam
rangka pengembangan sistem informasi kesehatan. Sistem informasi kesehatan
bukanlah suatu sistem yang berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian fungsional
dari sistem kesehatan yang dibangun dari himpunan atau jaringan sistem-sistem
informasi dari level yang paling bawah.
Untuk
dapat mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu analisis dari sistem
informasi kesehatan yang tepat guna, agar sistem informasi kesehatan yang
dikembangkan benar-benar dapat mendukung terwujudnya visi “Masyarakat Sehat
yang Mandiri dan Berkeadilan”. Analisis situasi yang dilakukan salah satunya
dapat menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT yaitu analisis antarkomponen dengan
memanfaatkan deskripsi SWOT setiap komponen untuk merumuskan strategi pemecahan
masalah, serta pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem informasi kesehatan
secara berkelanjutan.
SWOT
merupakan akronim dari Strength (kekuatan/kondisi
positif), Weakness(kelemahan internal sistem), Opportunity (kesempatan/ peluang sistem),
dan Threats(ancaman/
rintangan/ tantangan dari lingkungan eksternal sistem). Kekuatan yang dimaksud
adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam sistem, sehingga sistem tersebut
memiliki keunggulan kompetitif di pasaran. Kekuatan dapat berupa: sumber daya,
keterampilan, produk, jasa andalan, dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat
dari pesaing dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan dan masyarakat
di dalam atau di luar sistem. Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan
dalam hal sumber daya, keterampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang
serius bagi penampilan kerja sistem informasi kesehatan. Adapun peluang adalah
berbagai situasi lingkungan yang menguntungkan bagi sistem tersebut, sedangkan
ancaman/tantangan merupakan kebalikan dari peluang. Tantangan yang mungkin
muncul sehubungan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan pada dasarnya
berasal dari dua perubahan besar yaitu tantangan dari otonomi daerah dan tantangan
dari globalisasi. Dengan demikian ancaman/tantangan adalah faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan sistem.
Analisis SWOT dapat merupakan alat
yang ampuh dalam melakukan analisis strategis. Keampuhan tersebut terletak pada
kemampuan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan memanfaatkan peluang
serta berperan untuk meminimalisasi kelemahan sistem dan menekan dampak ancaman
yang timbul dan harus dihadapi. Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga
bentuk untuk membuat keputusan strategis, yaitu:
1. Analisis SWOT
memungkinkan penggunaan kerangka berfikir yang logis dan holistik yang
menyangkut situasi dimana organisasi berada, identifikasi dan analisis berbagi
alternatif yang layak untuk dipertimbangkan dan menentukan pilihan alternatif
yang diperkirakan paling ampuh.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak, serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada kuadran tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.
2. Pembandingan secara sistematis antara peluang dan ancaman eksternal di satu pihak, serta kekuatan dan kelemahan internal di pihak lain.
3. Analisis SWOT tidak hanya terletak pada penempatan organisasi pada kuadran tertentu akan tetapi memungkinkan para penentu strategi organisasi untuk melihat posisi organisasi yang sedang dianalisis tersebut secara menyeluruh dari aspek produk/ jasa/ informasi yang dihasilkan dan pasar yang dilayani.
Dalam melakukan analisis situasi
menggunakan analisis SWOT, maka langkah-langkahnya adalah
1. Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.
3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Pola Analisis SWOT seperti berikut.
1. Langkah 1: Identifikasi kelemahan dan ancaman yang paling mendesak untuk diatasi secara umum pada semua komponen.
2. Langkah 2: Identifikasi kekuatan dan peluang yang diperkirakan cocok untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang telah diidentifikasi lebih dahulu pada Langkah 1.
3. Langkah 3: Masukkan butir-butir hasil identifikasi (Langkah 1 dan Langkah 2) ke dalam Pola Analisis SWOT seperti berikut.
Gambar 1.
Pola Deskripsi dalam Analisis SWOT
Pada
waktu mengidentifikasikan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam sistem
informasi kesehatan, perlu diingat bahwa kekuatan dan kelemahan merupakan faktor
internal yang perlu diidentifikasikan di dalam sistem, sedangkan peluang
dan ancaman merupakan faktor eksternal yang harus
diidentifikasi dalam lingkungan eksternal sistem. Lingkungan eksternal suatu
sistem informasi kesehatan dapat berupa: pemerintah, masyarakat luas, stakeholder internal
dan eksternal, dan pesaing.
Langkah
ini dapat dilakukan secara keseluruhan, atau jika terlalu banyak, dapat dipilah
menjadi analisis SWOT untuk komponen masukan, proses, dan keluaran.
a. Masukan termasuk fisik dan non fisik.
Masukan fisik berupa sumber daya manusia, pembiayaan, sarana-prasarana, metode,
hardware dan software pendukung, market dan manajemen waktu (7M=man, money,
material, methode, machine, market dan minute). Masukan
non fisik berupa data kesehatan.
b. Proses berupa pengelolaan sistem (data)
hingga menjadi informasi, termasuk tatapamong, manajemen dan kepemimpinan, dan
kerja sama.
c.
Keluaran berupa jenis informasi yang
dihasilkan, termasuk model dan media informasi, publikasi, dan pengguna
informasi.
4. Langkah
4: Rumuskan strategi atau strategi-strategi yang direkomendasikan untuk menangani
kelemahan dan ancaman, termasuk pemecahan masalah, perbaikan, dan pengembangan
program secara berkelanjutan. Analisis untuk pengembangan strategi pemecahan
masalah dan perbaikan/pengembangan program itu.
Gambar 2. Analisis SWOT
untuk Pengembangan Strategi
5. Langkah
5: Tentukan prioritas penanganan kelemahan dan ancaman itu, dan susunlah suatu
rencana tindakan untuk melaksanakan program penanganan.
Hasil
analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan masalah, serta
pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika kekuatan
lebih besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi
pengembangan sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem,
sedangkan jika kekuatan lebih kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil
dari ancaman, maka sebaiknya strategi pengembangan lebih ditekankan kepada
upaya konsolidasi ke dalam, melakukan penataan sistem dan organisasi secara
internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, dan mereduksi
kelemahan di dalam dan ancaman dari luar. Analisis itu dapat digambarkan
sebagai berikut.
Gambar 3.
Analisis SWOT dan Prioritas Strategi Pengembangan
Langkah-langkah
Analisis SWOT di atas dikenal dengan model David (2004), yaitu matriks Threats-Opportunity-Weakness-Strength (TOWS),
merupakan perangkat pencocokan yang penting dan dapat membantu pengelola sistem
mengembangkan empat tipe strategi: strategi SO (Strength-Opportunity),
strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-Threats)
dan strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan faktor-faktor eksternal
dan internal kunci, merupakan bagian yang sangat sulit dalam mengembangkan
matriks TOWS dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak ada sekumpulan
kecocokan yang paling baik.
Strategi
SO (Strength-Opportunity), yaitu strategi kekuatan-peluang, menggunakan
kekuatan internal sistem untuk memanfaatkan peluang eksternal sistem. Strategi
WO (Weakness-Opportunity), yaitu strategi kelemahan-peluang, bertujuan
untuk memperbaiki kelemahan dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST
(Strength-Threats), yaitu strategi kekuatan-ancaman, menggunakan
kekuatan sistem untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.
Strategi WT (Weakness-Threats), yaitu strategi kelemahan-ancaman,
merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
dan menghindari ancaman eksternal.
Contoh
penerapan deskripsi SWOT pada sistem informasi kesehatan nasional berdasarkan
hasil evaluasi yang telah dilakukan (tahun 2012) pada Pusat Data dan Informasi,
dan unit-unit lain di Kementerian Kesehatan, serta unit di luar sektor
kesehatan maka diketahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam sistem
informasi kesehatan, seperti tampak dalam tabel di bawah ini. Hasil deskripsi
ini kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan rencana jangka menengah pengembangan dan penguatan sistem
informasi kesehatan nasional selanjutnya.
Tabel 1: Deskripsi SWOT
STRENGTH
( KEKUATAN
)
|
WEAKNESSES
(
KELEMAHAN )
|
·
Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait
SIK (UU Kesehatan, SKN, Kebijakan dan strategi pengembangan SIKNAS dan
SIKDA).
·
Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia pada
tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
·
Infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi
tersedia di semua Provinsi dan hampir seluruh Kabupaten/kota
·
Indikator kesehatan telah tersedia.
·
Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang
bersumber dari fasilitas kesehatan pemerintah dan masyarakat.
·
Telah ada inisiatif pengembangan SIK oleh beberapa
fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk
memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
·
Diseminasi data dan informasi telah dilakukan,
contohnya hampir semua Provinsi dan Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil
kesehatan.
|
·
SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan
dikelola berbagai pihak sehingga terdapat “pulau-pulau informasi”.
·
Legislasi yang ada belum kuat untuk mendukung
integrasi SIK.
·
Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK
(petugas SIK umumnya masih rangkap jabatan).
·
Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui
perannya, pengembangan karir tidak jelas dan belum ada jabatan fungsionalnya.
·
Terbatasnya anggaran untuk teknologi informasi dan
komunikasi khususnya untuk pemeliharaan.
·
Indikator yang digunakan sering kurang menggambarkan
“subjek” yang diwakili.
·
Belum terbangunnya mekanisme aliran data kesehatan
baik lintas program (Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota) maupun lintas sektor.
·
Masih lemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan
audit SIK.
·
Kualitas data masih bermasalah (tidak akurat,
lengkap, tepat waktu)
·
Penggunaan data/informasi oleh pengambil keputusan
dan masyarakat masih sangat rendah
|
OPPORTUNITIES
( PELUANG )
|
THREATHS
( ANCAMAN )
|
·
Kesadaran akan permasalahan kondisi SIK dan
manfaat eHealth mulai meningkat pada semua pemangku kepentingan
terutama pada tingkat manajemen Kementerian Kesehatan.
·
Telah ada peraturan perundang-undangan terkait
informasi dan TIK.
·
Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan
pengkayaan fungsi, memberikan peluang dalam pengembangan jabatan fungsional
pengelolaan SIK.
·
Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang
bervariasi dari diploma hingga sarjana di perguruan tinggi.
·
Para donor menitik beratkan program pengembangan
SIK.
·
Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian
Dalam Negeri dan telah mulai dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi.
·
Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal
penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri yang merupakan peluang untuk
memudahkan pengelolaan data sehingga menjadi berkualitas.
·
Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat
khususnya untuk anggaran (perencanaan) yang berbasis kinerja.
|
·
Dengan Otonomi daerah, terkadang pengembangan SIK
tidak menjadi prioritas.
·
Rotasi tenaga SIK di fasilitas kesehatan Pemerintah
tanpa perencanaan dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan
hambatan dalam pengelolaan SIK.
·
Sebagian program kesehatan yang didanai oleh donor
mengembangkan sistem informasi sendiri tanpa dikonsultasikan atau
dikoordinasikan sebelumnya dengan Pusat Data dan Informasi dan pemangku
kepentingannya.
·
Komputerisasi data kesehatan terutama menuju data
individu (disaggregate) meningkatkan risiko terhadap keamanan dan kerahasiaan
sistem TIK.
·
Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam
dimana infrastruktur masih sangat lemah di daerah terpencil sehingga
menjadi hambatan modernisasi SIK.
|
Hasil
analisis SWOT dimanfaatkan untuk menyusunan strategi pemecahan masalah, serta
pengembangan dan atau perbaikan mutu sistem secara berkelanjutan. Jika kekuatan
lebih besar dari kelemahan, dan peluang lebih baik dari ancaman, maka strategi
pengembangan sebaiknya diarahkan kepada perluasan/pengembangan sistem,
sedangkan jika kekuatan lebih kecil dari kelemahan, dan peluang lebih kecil
dari ancaman, maka sebaiknya strategi pengembangan lebih ditekankan kepada
upaya konsolidasi ke dalam, melakukan penataan sistem dan organisasi secara
internal dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada, dan mereduksi
kelemahan di dalam dan ancaman dari luar.
B. PELUANG
SISTEM INFORMASI KESEHATAN
1.
SIK di Dinas Kesehatan Provinsi
pernah dikembangkan
Dinas Kesehatan pada bebera tahun yang lalu sudah
ada kegiatan ke arah pengembangan SIK provinsi namun keberlanjutannya perlu
ditingkatkan. Oleh karena itu komitmen dari berbagai pihak khususnya Dinas
Kesehatan itu sendiri perlu ditingkatkan sehingga pengembangan SIK itu sendiri
dapat dilaksanakan dan memberikan suatu manfaat berupa informasi yang dapat
digunakan dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
2.
Tersedianya SDM untuk mengelola SIK
Pelatihan bagi tenaga pengelola SIK juga telah
dilaksanakan oleh vendor yang mana pada saat itu telah dilatih tenaga
administrator dan user serta dari pihak Dinas Kesehatan Kota serta Rumah Sakit,
ditambah lagi dengan pelatihan yang diikuti dalam pelaksanaan SIKNAS on line
yang diselenggarakan di Bandung serta tersedianya tenaga-tenaga IT. Dengan
melihat potensi SDM yang ada ini maka pengembangan SIK sudah saatnya
dilaksanakan
3.
Pemekaran beberapa Kabupaten baru
Dengan dimekarkannya beberapa kabupaten yang baru
merupakan peluang bagi pengembangan SIK tingakat kabupaten karena dengan makin
desentralisasinya maka alur pelaporan dari kecamatan dapat lebih dipercepat
waktunya, serta keakuratannya dapat dipercaya. Data dari puskesmas tersebut di
rekap di tingkat kabupaten kemudian diteruskan ke provinsi. Pemekaran ini juga
memperpendek rentan kendali pelayanan kesehatan dan akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
4.
Adanya kerja sama dengan Departemen
Kesehatan RI
Adanya kerjasama dengan Pihak Departemen Kesehatan
dalam pengadaan sarana dan prasaranan pendukung SIK serta adanya dukungan dana
merupakan peluang yang perlu dikembangakan dan ditingkatkan kerjasama dari
pihak Dinas Kesehatan dengan Pihak Pusdatin Depkes. Peningkatan pendidikan dan
pelatihan bagi tenaga pengelola SIK
5.
Adanya kerja sama dengan instansi
terkait
6. Kesadaran akan permasalahan kondisi
SIK dan manfaat eHealth mulai meningkat pada semua pemangku
kepentingan terutama pada tingkat manajemen Kementerian Kesehatan.
7.
Telah ada peraturan
perundang-undangan terkait informasi dan TIK.
8. Terdapatnya kebijakan perampingan
struktur dan pengkayaan fungsi, memberikan peluang dalam pengembangan jabatan
fungsional pengelolaan SIK.
9. Terdapat jenjang pendidikan
informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga sarjana di perguruan
tinggi.
10. Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK.
11. Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam
Negeri dan telah mulai dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi.
12. Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas tunggal penduduk
oleh Kementerian Dalam Negeri yang merupakan peluang untuk memudahkan
pengelolaan data sehingga menjadi berkualitas.
13. Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya untuk
anggaran (perencanaan) yang berbasis kinerja.
REFERENSI
(Diakses tanggal 24 September 2017, pukul 10.30 WITA)
(Diakses tanggal 24 September 2017, pukul 10.34 WITA).
(Diakses tanggal 24 September 2017, pukul 10.35 WITA).
0 komentar:
Posting Komentar